1,074 views

Filosofi Cangkir & Piring Kecil Ala Camat Kunti Maharani Syarat Makna dan Edukasi

LUBUKLINGGAU-LH: Camat Kecamatan Lubuklinggau Utara II, Kota Lubuklinggau, Provinsi Sumatera Selatan Kunti Maharani, ST, MT dalam acara Pelantikan Ketua RT di Kelurahan Batu Urip Pada Hari Selasa 4 Agustus 2020, menyiapkan tulisan yang Ia buat untuk dibacakan sebagai pesan khusus dalam momentum Pelantikan Para Ketua Rukun Tetangga (RT) dalam wilayah kepemimpinannya.

Saat diminta memberikan sambutan pembinaan dalam Acara Pelantikan Sembilan Orang Ketua RT terpilih dalam wilayah Kelurahan Batu Urip, Kecamatan Lubuklinggau Utara II, Kunti Maharani banyak menyampaikan pesan yang tersirat penuh makna. ” Ketua RT Secara Power lebih kuat daripada Lurah bahkan Camat. Karena Ketua RT dipilih langsung oleh masyarakat. Sedangkan Lurah dan Camat ditunjuk oleh atasannya. Jadi secara struktur memang Ketua RT berada dibawah Lurah, tetapi secara Power bisa melampaui Lurah dan Camat. Contoh, jika ada persoalan di tengah masyarakat yang dicari pasti Ketua RT terlebih dahulu bukan Lurah dan Camat ” papar Camat Kunti Maharani mengawali Pidato Pembinaan dalam acara pelantikan Para Ketua RT dalam wilayah Kelurahan Batu Urip (04/08/2020-Red).

Oleh karena itu lanjutnya, penting diingatkan gunakanlah Power atau Kekuatan Kewenangan Ketua RT untuk hal-hal yang positif. Untuk sesuatu yang bermanfaat bagi warga dan masyarakat. Gunakan Power itu untuk membanggakan wilayah Kelurahan dan Kecamatan. ” Jika Bapak-bapak menggunakan Power dengan baik dan benar maka prestasi maupun dukungan akan didapatkan. Sebaliknya, jika salah menggunakan kekuatan dan kewenangan amanah itu pasti timbulkan masalah. Contohnya, jangankan amanah masyarakat, kepercayaan pasangan hidup baik istri maupun suami saja jika dinodai dapat berakibat buruk dan fatal. Gunakanlah Power itu untuk pelayanan terbaik kepada masyarakat. Ketua RT itu kunci pelayanan Lurah dan Camat. Jika baik kinerja Para Ketua RT, maka akan baik pula kinerja pelayanan Lurah dan Camatnya ” papar Kunti Maharani.

Karena itu, lanjut alumni SMA N 1 Lubuklinggau Angkatan 1997 dan Alumni Jurusan Teknik Sipil UGM Yogyakarta, Ia memberikan apresiasi dan penghargaan berupa Cindera Mata kepada Para Mantan Ketua RT sebagai wujud terima kasih atas jasa yang telah ditorehkan kepada warganya selama ini.

Pada bagian penutup pidatonya Camat Kunti Maharani mengungkapkan pula bahwa Ia telah menyiapkan buah pikirannya yang telah tertuang dalam bentuk tulisan dengan tajuk Filosofi Cangkir dan Piring Kecilnya. Tulisan tersebut sengaja Ia persiapkan untuk dibacakan saat pelantikan para Ketua RT se Kecamatan Lubuklinggau Utara II. Berikut goresan isi hati dan pemikirannya yang awak media Swarnanews.co.id tuliskan kembali.

Filosofi Cangkir dan Piring Kecilnya
Karya : Kunti Maharani, ST, MT

” Pertemanan itu bagaikan cangkir dan piring kecil. Sebuah cangkir bisa diisi kopi, teh dan air panas atau dingin dan macam-macamnya. Sesuai fungsinya, cangkir dibuat sebagai wadah, tempat atau ruang untuk menampung itu semua.

Seperti halnya manusia yang dalam konteks ini disebut makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain dalam lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bersosialisasi di sini berarti membutuhkan lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya, maksudnya tiap manusia saling membutuhkan satu sama lainnya untuk berinteraksi. Dan berinteraksi di sini bisa dipahami seperti halnya berbicara, mendengar, merasakan, menaruh empati dan terbuka bagi sesama dalam setiap kebutuhan.

Manusia ibarat isi dan teman ibarat cangkir, teman menerima keluh kesah, suka dan duka. Menampung segala rasa, panas atau dingin, pahit atau manis, tawar atau masam. Cangkir yang baik adalah cangkir yang kuat dan tidak mudah retak, mampu menampung sesuatu yang terlalu panas, tidak meninggalkan bekas atau flek setelah digunakan. Cangkir yang baik adalah cangkir yang sesuai dengan fungsinya.

Tapi kenapa cangkir selalu dipasangkan dengan piring kecilnya? kenapa cangkir identik dengan si bulat pipih yang menjadi penampang, tatakan dan selalu setia menemani cangkir..? dan apakah cangkir akan nampak indah dan punya nilai estetik tanpa keberadaan si piring kecil…?

Meski terkadang kita sering menganggap sepele keberadaan si piring kecil, namun keberadaannya pasti punya arti.

Saat cangkir sudah terlalu penuh menampung isi, piring kecil hadir untuk menahan tumpahan itu. Dia ada di sana untuk sebuah alasan, alasan sederhana, agar tumpahan tidak mengotori benda lain ”

Demikian uraiaan buah pikiran Camat Kecamatan Lubuklinggau Utara II, Kunti Maharani, ST, MT. Sebenarnya sepenglihatan awak media Swarnanews.co.id ada beberapa lembar lagi tulisan yang sengaja tidak dibacakannya. Hal itu Ia pertimbangkan situasi acara yang tidak memungkinkan.

Sementara di sudut ruangan tepatnya sisi kanan dari awak media ini, terpantau seorang mantan Ketua RT 09 Kelurahan Batu Urip bernama Mustaraman saat Camat Kunti Maharani membacakan karya tulisannnya, tampak terlihat sesenggukan dengan mata berkaca-kaca. Lantaran pria 45 tahun itu menggunakan masker sehingga sesekali Ia mengusap aliran bening dari matanya dengan masker yang Ia pakai.

Kejadian haru tersebut memang tidak sampai membuat gaduh Aula Pertemuan Kantor Lurah Batu Urip karena tangisan Mustaraman yang dikenal sebagai ketua RT totalitas dalam membantu warganya itu tidak sampai mengeluarkan suara.

Tetapi perasaan panik, galau bercampur haru tak dapat disembunyikannya. Sebab terlihat Ia menahan isak tangis, dengan sesekali mengusap masker yang Ia pakai ke bagian matanya. Bahkan Mustaraman terlihat sudah mengeluarkan rokok untuk dihisapnya, hanya saja Muzlen mantan ketua RT 04 Kelurahan Batu Urip yang duduk persis di sebelah kiri Mustaraman mencolek lutut pria asal Kelurahan Selangit Kabupaten Musi Rawas tersebut sebagai isyarat supaya rekannya dapat menahan diri.

Kejadian kecil itu selain terpantau awak media juga diketahui oleh istri Mustaraman yang turut serta mendampingi suaminya dalam cara pelantikan ketua RT baru. Sekedar tambahan informasi, Mustaraman terpaksa berhenti sebagai ketua RT09 Kelurahan Batu Urip lantaran tak mampu membendung elektabilitas rivalnya dalam ajang pemilihan ketua RT beberapa waktu lalu.

Rival Mustaraman adalah penantang baru, pria muda bernama Kolbiansyah yang unggul 16 Suara atasnya sehingga tongkat kepemimpinan dan sebutan “Raje Pisat” (red : bahasa lokal Lubuklinggau, Raje artinya Raja, Pisat artinya bungsu maknanya pemimpin kecil atau terakhir) terpaksa Ia tanggalkan.

Saat ditanya awak media kenapa Mustaraman menangis, pria polos dan sederhana itu menjawab hanya terkenang peristiwa silam. Saat dimana Ia beberapa periode mengemban amanah sebagai Ketua RT.

Pada akhir sesi acara Mulzen dan Mustaraman mendapatkan bingkisan sebagai tanda cindera mata dari Pemerintah Kota Lubuklinggau yang diserahkan langsung oleh Camat Kecamatan Lubuklinggau Utara II, Kunti Maharani, ST, MT. Kemudian acara dilanjutkan dengan sesi foto dan makan siang bersama. (Awang/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.