JAKARTA-LH: Aksi Mahasiswa semakin hari semakin membesar dan meluas. Membesar dari sisi jumlah peserta dan meluas dari sisi pengaruh dan akibatnya. Masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat Internasional, mendapat pertunjukan dari Kaum Mahasiswa/i khususnya dua hari terakhir ini (23-24/09/2019-Red). Hampir seluruh Perguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta ambil andil dalam aksi dua hari ini. Bahkan tidak salah kalau dikatakan bahwa Kaum Sivitas Akademis serentak dan kompak serta saling bahu membahu turun ke jalan berjuang melalui Parlemen Jalanan. Mereka menduga ada ketidakberesan dan atau persekongkolan yang merugikan rakyat banyak dalam pengelolaan Negara yang dilakukan oleh Pihak Eksekutif (Pemerintah) maupun Pihak Legislatif (DPR). Dugaan ini semakin tampak terang benderang berawal dengan disetujuinya Revisi UU KPK oleh Presiden yang kemudian disyahkan oleh DPR-RI pada Rapat Paripurna (17/09/2019-Red).
Dari hasil liputan diberbagai titik aksi, baik di Jakarta maupun daerah, bahwa telah terjadi eskalasi yang luar biasa. Pada hari Senin (23/09/2019-Red), terpantau ada sekitar 27 tempat aksi dari seluruh Indonesia dan meningkat sangat pantastis keesokan harinya (Selasa, 24/09/2019-Red) menjadi paling tidak 100 titik aksi dari seluruh penjuru tanah air. Selain bertambahnya titik aksi juga berlipatgandanya jumlah peserta aksi. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah mengapa hal ini bisa terjadi ?
Pertama, menurut analisis para pengamat bahwa membesar dan meluasnya Aksi Mahasiswa ini disebabkan muatan dan materi yang menjadi tuntutan mereka menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak khususnya rakyat menengah ke bawah dalam hal ini bahwa Pengesahan revisi UU KPK dianggap melemahkan bahkan mematikan taring KPK yang notobene-nya dianggap selama ini telah berhasil menyelamatkan uang rakyat dari para koruptor. Kedua, tumbuhnya kesadaran dan rasa solidaritas yang tinggi sesama Mahasiswa setelah sekian puluh tahun melempem. Ketiga, Aksi Para Mahasiswa didukung oleh Sivitas Akademi Kampus masing-masing baik secara langsung (terang-terangan) maupun secara tidak langsung (mendukung di belakang layar). Keempat, dimotori dan digerakkan oleh Perguruan Tinggi Ternama dan Lembaga Resmi Kemahasiswaan yang ada di Kampus masing-masing yaitu BEM dan Lembaga Sejenisnya. Kelima, mendapat dukungan moral dari masyarakat luas. Terakhir, Momentumnya sangat tepat.
Hampir semua Perguruan Tinggi terkemuka di negeri ini seperti UGM, UI, ITB, IPB, UNPAD, UNDIP, UNHAS, UNBRAW, UNS, UNSUD, UNJ, UNY, UIN (di berbagai kota), TRI SAKTI, UMI, UNIVERSITAS MUHAMMADIAH (di berbagai kota), UNIVERSITAS ISLAM (di berbagai kota), dan Perguruan Tinggi lainnya (baik PTN maupun PTS) turut andil dalam aksi ini. Hal ini tentunya sangatlah berpengaruh meningkatkan kualitas dan kuantitas aksi yang dilakukan para mahasiswa.
Bahkan Acara Talkshow TV-One yang paling diminati masyarakat pemirsa Indonesia mengangkat topik ini dalam acara Indonesia Lawer Club (ILC) pada Selasa Malam (24/09/2019-Red) yang dipandu langsung Presidennya yang juga sebagai Wartawan Senior Karni Ilyas dengan Topik ” Kontroversi RKUHP: Dari Pasal Kumpul Kebo Sampai Penghinaan Presiden”. Sebagaimana diketahui masyarakat Indonesia khususnya Para Pemirsa bahwa Topik yang selalu diangkat oleh ILC adalah Topik yang pasti hangat dan sangat penting. Sederhananya pastilah Topik yang Aktual dan Faktual.
Suatu peristiwa yang penomenal terjadi dalam Aksi Mahasiswa kali ini (24/09/2019-Red). Para Siswa/i SLTA khususnya di Jakarta ikut berpartisipasi membantu kakak-kakaknya yang Mahasiswa/i. Mereka ikut berdemo mendukung aksi yang dilakukan para seniornya. Ini suatu penomena yang langka terjadi selama sejarah Aksi Demo Mahasiswa di Indonesia.
Selain Siswa/i SLTA, Selasa sore hingga malam, banyak masyarakat umum khususnya kaum Mak-mak yang turun memberikan support kepada Para Mahasiswa. Hal ini paling kentara terlihat saat Para Mahasiswa dikejar Aparat Kepolisian dan Para Mahasiswa Terdesak, Mak-mak banyak memberikan bantuan dan perlindungan sebagaimana mereka melindungi anak-anaknya sendiri.
Sangat disayangkan, Aksi Mahasiswa (23-24/09/2019-Red) dinodai oleh banyaknya korban baik dari Pihak Mahasiswa maupun dari Pihak Kepolisian yang mengamankan demo. Tembakan Gas Air mata dan lemparan batu mewarnai Aksi Mahasiswa ini. Kondisi ini terjadi baik di Jakarta maupun di daerah yang melakukan Aksi. Akibatnya, ratusan korban luka-luka (data sementara yang didapatkan redaksi 232 luka-luka, tiga kritis-Red). Tentang informasi yang beredar termasuk di Medsos bahwa ada Mahasiswa yang meninggal dunia sampai berita ini ditayangkan belum dapat terkonfirmasi.
Bahkan Para Jurnalis yang menjalankan tugas juga ada yang menjadi korban dalam aksi ini. Contoh kasus di Sulawesi Selatan. Menurut informasi yang didapatkan bahwa di Sulawesi Selatan ada 3 wartawan yang luka-luka saat meliput Aksi di depan Gedung DPRD Sulawesi Selatan. Peristiwa bermula ketika gabungan mahasiswa dari PMII, UIN, UNM dan Unhas kembali menduduki gedung DPRD Sulsel. Ketika Mahasiswa tengah asyik orasi, tiba-tiba lemparan batu terjadi. Mahasiswa segera berlari dan polisi lalu kembali menembakkan gas air mata dan menyirami air dari mobil water canon. Massa aksi yang sudah berhamburan lalu dikejar polisi. Ada sekitar 37 mahasiswa yang mendapatkan luka di bagian kepala dan wajah akibat pukulan. Disaat itu pulalah 3 wartawan yang sedang meliput aksi tersebut juga menjadi korban.
Menurut data yang didapatkan bahwa Wartawan yang menjadi korban pemukulan adalah 1 Wartawan Kantor Berita Antara bernama Darwin fatih, dan dua dari Wartawan Online Lokal. Walaupun sudah menggunakan Kartu Pers dan menyatakan dirinya wartawan, namun Darwin tetap mendapat pukulan dari oknum polisi di kepalanya hingga mengakibatkan luka. Kejadian tersebut bermula saat polisi akan membubarkan massa pendemo di depan Kantor DPRD Sulawesi Selatan. Wartawan lainnya yang menjadi korban pemukulan adalah Ipul. Ia mengaku dipukul karena akan meliput aksi polisi yang memukuli mahasiswa di sekitar flyover Makassar. Atas kejadian tersebut Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Pol. Dicky Soendani memohon maaf atas tindakan tidak terpuji dari anggotanya kepada wartawan. Ia juga berjanji akan memberikan sanksi kepada petugas yang melakukan pemukulan terhadap ketiga wartawan tersebut.
Selain di Sulawesi Selatan, hampir semua titik aksi (24/09/2019-Red) baik di Jakarta maupun di daerah lainnya semua menimbulkan korban baik itu korban badan maupun korban harta termasuk rusaknya fasilitas umum. Namun itulah resiko suatu perjuangan ” Setiap Perjuangan Pasti Membutuhkan Pengorbanan”. (Tim/Redaksi).