JAKARTA-LH: Pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah membantah dan menegaskan tidak pernah ada konsultasi antara Pemerintah Indonesia dengan Dubes AS terkait pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Sikap Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dikecam pemerintah Indonesia dan banyak negara lain di dunia. Sikap Trump itu dinilai menandakan AS hanya mengedepankan kepentingan-kepentingan subyektifnya sendiri, tanpa ada kemauan untuk mencari jalan keluar bagi perdamaian yang komprehensif.
AS mengklaim telah berkonsultasi dengan Pemerintah Indonesia sebelum Presiden Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Terkait hal ini, Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon menginginkan pemerintah bersikap lebih keras terhadap sikap Trump dibandingkan negara lain. “Tentu kami ingin pemerintah bisa menyatakan pendapatnya lebih keras karena Indonesia termasuk berpenduduk Muslim terbesar,” pungkas Fadli Zon.
Wakil Ketua DPR-RI ini mendesak Presiden Joko Widodo memanggil Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph Donovan guna mengklarifikasi pernyataannya. “Kalau perlu panggil Dubesnya dan ditegur karena menyatakan sudah konsultasi dengan pemerintah. Itu pernyataan yang berbahaya kalau memang benar. Itu fitnah, harus dibantah keras,” ungkap Fadli Sabtu (09/12/2017-Red).
Banyak Negara di dunia yang mengecam keputusan Presiden AS Donald Trump tersebut. Korea Utara menyerang Presiden Amerika Serikat itu atas keputusannya mengakui secara resmi Yerusalem sebagai ibu kota Israel, dan kembali menyebut orang nomor satu di negeri Paman Sam itu sebagai “dotard” atau orang tua yang kehilangan kewarasan. “Namun keputusan ini dengan jelas menunjukkan kepada seluruh dunia siapa yang menghancurkan kedamaian dan keamanan dunia, paria di komunitas internasional,” ujarnya menggunakan ejekan yang biasanya dipakai di Korea Utara.Kini Korut bergabung dengan banyak negara di dunia mengutuk keputusan Trump atas Yerusalem dan juga menyebut aksi itu sebagai “aksi ceroboh dan licik.”
“Mempertimbangkan fakta bahwa orang tua yang mentalnya terganggu ini telah secara terbuka di depan PBB mengancam penghacuran total negara berdaulat, aksi ini tidak begitu mengejutkan,” demikian ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut, sebagaimana dilansir kantor berita Korut KCNA.
Deklarasi Trump pada Rabu bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel menimbulkan kemarahan di negara-negara muslim dan juga memicu kritik dari sekutu-sekutu AS. Sebelumnya, Trump pernah mengingatkan pemerintah Korea Utara bahwa ia siap berperang, dan juga berkata di depan Sidang Umum PBB bahwa Washington akan “menghancurkan Korea Utara” jika harus membela diri.
Dalam pidato yang sama, Trump menyebut Kim sebagai “manusia roket” setelah Pyongyang beberapa kali menguji misil yang punya daya jelajah mencapai Amerika Serikat.
Beberapa hari kemudian, Kim merespons ucapan tersebut dengan menyebut Trump sebagai “dotard”. Berdasarkan pernyataan terakhir KCNA, Korut “mengecam kuat” keputusan AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota, dan juga memberikan “dukungan serta solidaritas kepada Palestina dan rakyatnya untuk memenangi hak mereka secara sah. “Amerika Serikat akan dimintai pertanggungjawabannya atas akibat yang akan timbul dari aksi ceroboh tersebut,” ujar pernyataan tersebut. (Pulih/Red)