JAKARTA-LH: Pengumuman resmi dari Orang Nomor 1 di Indonesia Presiden Joko Widodo Tentang 2 Orang (Ibu dan Anaknya) Positif Terkena Virus Corona menjawab spekulasi informasi yang selama ini diduga kuat terkesan ditutup-tutupi oleh Pajabat Tinggi Terkait termasuk Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto. Kebijakan Negatif dari Oknum Pejabat Negara ini mempersulit Medai Massa mengakses informasi tentang penyebaran Virus yang mematikan ini khususnya di dalam negeri. Bukan hanya bagi Media Massa Dalam Negeri tetapi juga bagi Media Massa Luar yang ingin mendapatkan Sumber Informasi dari Narasumber utama yakni Pemangku Kebijakan.
Akibatnya, begitu Presiden Jokowi mengumumkan Fakta yang terjadi, Media Papan Atas Dunia akhirnya beramai-ramai menyerang Kebijakan Negatif berupa Menutup-nutupi Informasi yang sesungguhnya yang dilakukan Para Pejabat Terkait di Indonesia selama ini. Sebagai bukti, The Guardian membuat berita dengan Judul “Kasus Coronavirus Pertama Dikonfirmasi di Indonesia di Tengah Kekhawatiran Bangsa Ini Tidak Siap untuk Terjangkit” .
The Guardian memberitakan tentang konfirmasi Jokowi, beserta keterangan terkait usia kedua pasien tersebut. Media ini juga menyoroti tentang peringatan Para Pakar Kesehatan yang justru menilai tidak adanya kasus positif virus corona di Indonesia adalah sesuatu yang mengejutkan mengingat kedekatan antara Indonesia dengan China. The Guardian menulis bahwa sektor pariwisata Indonesia sangat bergantung pada China serta memiliki komunitas China-Indonesia dengan jumlah yang sangat besar.
The Guardian juga menyoroti komentar Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto. Sebelumnya, Profesor Harvard sempat menyebutkan jika di Indonesia seharusnya sudah ada kasus positif virus corona berdasarkan analisa lalu lintas penerbangan dari dan ke Wuhan, China. Tetapi, Menkes Terawan Agus Putranto pada waktu itu justru menyebut penelitian dari Profesor Harvard tersebut menghina Indonesia.
Media Massa Dunia Papan Atas lainnya adalah The Sydney Morning Herald. Media ini memberitakan konfirmasi Indonesia sambil mengutip pernyataan Jokowi yang mengatakan Indonesia siap menangani wabah. Media ini menyoroti bahwa sampai dengan Senin (24/02/2020/Red) lalu Indonesia masih bersikeras tak ada kasus infeksi ketika para negara tetangga mengonfirmasi dan beberapa orang dinyatakan positif setelah transit maupun berlibur di Indonesia.
The Sydney Morning Herald juga mengkritisi jumlah orang yang diuji virus corona hanya sebanyak 333 orang padahal Total Populasi Penduduk Indonesia mencapai 270 Juta Jiwa. Angka tersebut memang lebih kecil dari yang diujikan para negara tetangga yang memiliki jumlah populasi lebih kecil dengan ribuan orang dites virus corona. Selain itu, Media yang berpusat di Austraia ini juga membahas tentang Menteri Kesehatan Terawan yang berulangkali menegaskan Indonesia bebas virus corona karena kekuatan doa. Atas pemberitaan The Sydney Morning Herald itu, Terawan juga menyerang balik media ini dan Media lain yaitu The Age yang mengungkapkan bahwa Indonesia tidak memiliki Reagen Spesifik untuk mengindentifikasi virus corona secara cepat. Sementara itu, untuk saat ini, Indonesia telah memiliki Alat Tes Spesifik untuk identifikasi virus corona. Serangan Balik dari Terawan saat itu.
NYTimes juga menyoroti dan mempertanyakan keengganan Indonesia untuk melakukan tes lebih lanjut pada virus tersebut. Media lainnya adalah SCMP. Media ini juga ikut memberitakan tentang kasus pertama Indonesia. Media ini membahas mengenai pihak berwenang Indonesia yang sebelumnya mengklaim proses screening negara ini memadai setelah beberapa ahli medis mengemukakan kekhawatiran kurangnya kewaspadaan dan risiko kasus yang tidak terdeteksi di Indonesia.
Apa yang diumumkan oleh Presiden Jokowi, diharapkan Banyak Pihak merupakan titik awal untuk Warning kepada Semua Pihak khususnya Para Pemangku Kebijakan agar ke depan mau dan mampu membuka diri tentang fakta yang sesungguhnya terlebih-lebih menyangkut Nyawa Banyak Orang. Bukankah menutupi fakta itu adalah bahagian dari HOAX ? Jangan sampai upaya menutup-nutupi fakta ini akan semakin membuktikan apa yang disampaikan Rocky Gerung bahwa Potensi Pembuat Hoax terbesar ada pada Pihak Kekuasaan. (Redaksi).