466 views

TEKA-TEKI SIKAP PDI-P TENTANG PILGUB DKI TERJAWAB SUDAH

Dukung Ahok, Masyarakat Jakarta Sebut Megawati Khianati

Wong Cilik

“Mendukung Ahok Berarti Telah Menghianati Suara Kami Sebagai Pendukung Dan Basis Setia PDIP, Untuk Itu Demi Menguatkan Tekad Dan Komitmen Hari Ini Kami Mengkonsolidasikan Dan Membulatkan Diri Untuk Menolak Ahok Dan Segera Mencari Pemimpin Alternatif Yang Pro Wong Cilik Untuk Memimpin Jakarta,” Pungkas Jones Naibaho.

JAKARTA-LH: Teka teki selama ini tentang sikap PDIP yang dikomandani Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum terjawab sudah tepatnya pada hari Selasa (20/09/2016-Red) dimana PDIP resmi mengusung calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dalam Pilkada DKI 2017 mendatang. Pengumuman ini disampaikan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dalam pidato pengumuman calon kepala daerah pilihan PDIP di sejumlah daerah Selasa, 20/09/2016-Red).

Pengumuman nama Ahok-Djarot menjadi jawaban mengenai teka teki selama ini siapa calon yang diusung oleh partai berlambang banteng dengan moncong putih ini.

Ditempat terpisah, ragam tanggapan datang dari berbagai Pihak termasuk dari masyarakat bawah. Masa depan Jakarta saat ini telah lari semakin menjauh dari cita-cita luhur yang pro wong cilik, berbasis pelayanan, dan partisipasi warga. Kenyataan itu semakin dipertegas dengan sikap politik PDIP melalui keputusannya untuk mendukung dan merekomendasikan kembali Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai calon Gubernur DKI 2017-2022.

PDIP melalui Ketua Umum Megawati Soekarno Putri yang pada awalnya merupakan harapan bagi terciptanya Jakarta yang Pro Wong Cilik, hari ini telah mengkhianati jutaan mimpi rakyat miskin yang terancam hidupnya oleh program penggusuran yang dicanangkan oleh Ahok selama menjabat Gubernur dua tahun terakhir.

Demikian disampaikan Deni Aryanto, Ketua RT 04, Guji Baru, Kelurahan Duri Kepa, dalam keterangan tertulisnya yang diterima Rabu (21/09/2016-Red).
Menurutnya, keputusan PDIP memperjelas bahwa PDIP telah menjadi partai yang anti wong cilik dan sudah tidak lagi memperdulikan nasib wong cilik yang hidup sengsara dengan kepemimpinan Ahok yang anti rakyat dan demokrasi.

“PDIP dan Megawati Soekarnoputri, telah mengkhianati kami. Kami yang sejak awal mendukung PDIP serta mengharapkan PDIP untuk tidak mendukung Ahok, tapi kenyataannya justru mengeluarkan keputusan mendukung Ahok,” tegasnya.

Deni menambahkan, dengan mendukung Ahok maka secara langsung PDIP telah menjual harga dirinya sebagai partai dan lebih memilih kepentingan pemodal yang selama dua tahun belakangan ini telah merusak tatanan hidup masyarakat miskin di Jakarta.

PDIP seakan-akan lupa bahwa kemenangan yang dicapai pada masa Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden adalah berkat dukungan dari segenap basis tradisional yang selama ini justru menolak kepemimpinan Ahok sebagai gubernur.

“Kami yang tergabung dalam basis akar rumput PDIP akan mencabut seluruh dukungan yang selama ini kami berikan kepada PDIP, dukungan yang diberikan oleh PDIP melalui Ketua Umum Megawati Soekarno Putri kepada Ahok adalah tindakan penghianatan terhadap aspirasi basis akar rumput,” kata Deni.

“Kami akan tetap berkomitmen untuk menolak Ahok menjadi gubernur dan kami siap untuk melawan keputusan dan keluar dari partai demi prinsip dan komitmen tersebut,” tambahnya.

Ketua RW 09- Rawa Badak Selatan, Jones Naibaho yang juga kader PDIP menambahkan, sejak awal berharap agar PDIP melalu Ketua Umum Ibu Megawati Soekarnoputri, untuk tidak mengeluarkan rekomendasi kepada Ahok, serta menginginkan pemimpin alternatif selain Ahok yang mampu menjadikan Jakarta lebih baik dan tidak seperti sekarang ini.

“Mendukung Ahok berarti telah menghianati suara kami sebagai pendukung dan basis setia PDIP, untuk itu demi menguatkan tekad dan komitmen hari ini kami mengkonsolidasikan dan membulatkan diri untuk menolak Ahok dan segera mencari pemimpin alternatif yang pro wong cilik untuk memimpin Jakarta,” Pungkas Jones Naibaho. 

Pandangan yang mirif juga disampaikan oleh Pengamat politik dari Universitas Padjajaran, Idil Akbar mengungkapkan langkah PDI Perjuangan untuk mendukung Basuki Tjahja Purnama alias Ahok di Pilkada DKI 2017 sudah lama diprediksi. Apalagi Ahok merupakan Petahana yang memiliki indikator popularitas yang tinggi.

“Keputusan PDIP mengusung petahana gubernur DKI sebagai cagub DKI 2017 sudah bisa ditebak sebelumnya. PDIP masih melihat indikator popularitas dan elektabilitas ahok yang tinggi sebagai basis pengusungan, meski PDIP bisa mengusung sendiri kadernya,” ujar Idil Akbar di Jakarta, Selasa (20/09/2016-Red).

Dengan kata lain, sambung dia, sikap PDIP tidak jauh beda dengan partai lain yang lebih dulu mengusung Ahok, maka partai ideologi itu pun pudar. 

“Saya kira, PDIP sama seperti partai lain yang lebih dulu mengusung ahok bersikap pragmatis saja dalam mendukung ahok terutama dalam upaya mempertahankan dominasi kuasa di DKI,” papar dia.

Padahal bagi saya, masih kata Idil, mengusung Ahok DKI sebetulnya bisa dibaca sebagai strategi PDIP untuk kepentingan politik yang lebih besar, khususnya di dalam menghadapi pemilu 2019.

“Dua hal yang menurut saya ada dalam strategi tersebut. Pertama, PDIP akan melihat kemungkinan untuk mengusung Jokowi – Ahok sebagai capres & cawapres di 2019, dengan demikian bisa menempatkan Djarot sebagai kader sendiri sebagai gubernur DKI,” ujarnya.

“Kedua, bagi PDIP menguasai DKI adalah langkah strategis maha penting untuk menjadi magnet penguasaan pemilu yang lebih besar. Terlebih, PDIP sudah menempatkan kader Ganjar Pranowo di tengah dan Tri Rismaharini di timur Jawa, maka kemenangan di DKI akan menggenapi peluang kemenangan PDIP di pemilu dan Pilpres 2019,” Idil menjelaskan.

Sehingga, dengan kata lain, Idil menilai strategi politik seperti bisa dijalankan ketika PDIP bisa memastikan kemenangan di DKI masih mereka miliki. “Logislah mengapa PDIP mengusung Ahok karena tentu sekali lagi adalah ada pada pertimbangan pragmatis bahwa Ahok memiliki popularitas dan elektabilitas yang tinggi,” tandasnya. (Fahdi/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.