PAMEKASAN-LH: Dengan menjamurnya Pom Mini di seluruh wilayah Pamekasan, maka setiap hari Pom di kota (SPBU) Pamekasan menjadi padat, selalu ada antrian beberapa mobil dan sepeda motor hingga panjang antriannya meluber ke jalan raya. Mengapa penomena antrian ini terjadi terlebih-lebih saat Covid-19 ?
Ternyata, Pegawai Pom (SPBU) lebih melayani antrian beberapa Jerigen daripada melayani Sepeda Motor dan Mobil. Ini termasuk pelayanan yang tidak memuaskan kepada masyarakat, bahkan informasi yang beredar mereka mendapatkan bayaran lain (pungli) dari pembeli Jeriken, jadi wajar mereka masih melayani pembelian Jerigen.
Selain adanya Dugaan Pungli dan atau Dugaan Suap Menyuap, hal lain yang menjadi sorotan dan dugaan yang berendus di tengah masyarakat adalah adanya dugaan penimbunan. “ Kami menduga ada penimbunan yang dilakukan oknum tertentu sehingga terjadi antrian Jerigen yang begitu panjang di SPBU. Kita mau isi kenderaan sangat susah, Pihak SPBU lebih mementingkan pengisian Jerigen. Ini ada apa ? “ pungkas seorang pengendara Mobil yang sudah 1 jam antri tapi belum dapat giliran (03/05/2020-Red).
Dari hasil pantauan LH, bahwa harga di Pom Mini antara Rp 7.500,- Rp 8.000,- Per Liter. Diduga kuat, takarannya kurang 1 Liter, karena terbukti saat tangki Sepeda Motor kosong atau kondisinya sedikit, pengisian di SPBU bisa full dengan 25 ribu rupiah sudah penuh, namun yang terjadi di Pom Mini agar isinya sama dan penuh harus mengeluarkan uang Rp 33.000 – 34.000,-
“ Masalahnya bukan tidak paham soal perdagangan yang memang mencari untung, tetapi ini sudah diluar batas kewajaran, mohon pihak terkait agar mengawasi pengisian BBM di SPBU terutama BBM jenis Premium “ ujar salah seorang tokoh masyarakat yang enggan disebut namanya.
Penomena menjamurnya Pom Mini ini harus mendapat perhatian serius dari Pemerintah. Pertama, apakah mereka sudah mempunyai Izin sesuai Regulasi yang ada ? Kedua, apakah pengawasan dari Pihak yang berwenang untuk usaha jenis ini sudah ada ? (Holil/Red)
SPBU Simpang Ajamu la Bg yg d Bahas..jaoh x k Pamekasan