824 views

Kepala Desa Sogi Basri HD, SE Optimis Atas Himbauannya Kepada Masyarakatnya dalam Pencegahan Virus Corona (Covid-19)

WAJO-LH: Salah satu Desa yang terletak di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan tepatnya di Kecamatan Maniangpajo bernama Desa Sogi mempunyai Segudang Sejarah sehingga dijadikan menjadi salah satu Obyek Wisata baik Oleh Wisatawan yang berasal dari Daerah Sulawesi Selatan maupun dari Luar Sulawesi Selatan bahkan dari Mancanegara. Oleh karena itu, Situasi Wabah Virus Corona yang terjadi saat ini sangatlah berpengaruh terhadap Desa ini.

Disaat Wartawan LH sedang berkunjung ke Desa ini, sempat berbincang-bincang dengan Kepala Desa Sogi Basri HD, SE (Jum’at, 27/03/2020-Red). Tampak Sang Kades bersama Warganya sedang melaksanakan Giat Penyemprotan Disinfektan di Tempat Fasilitas Umum dan Pemukiman Warga. Menurut Kades Basri bahwa kegiatan penyemprotan disinfektan ini diselenggarakan oleh Pemerintah Kecamatan Maniangpajo bersama seluruh warga. Penyemprotan ini merupakan salah satu upaya dini untuk mengantisipasi penyebaran Virus Corona.

” Meskipun sudah dilakukan Penyemprotan Disinfektan, Masyarakat diminta tetap menerapkan pola hidup bersih dan sehat dan setiap saat mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir dan menjaga jarak antar manusia serta menghindari berbagai pertemuan yang melibatkan banyak orang ” pungkas Kades Basri ketika berbincang-bincang dengan Wartawan LH(Jum’at, 27/03/2020-Red).

Kepada LH Kades Basri bercerita panjang lebar tentang Sejarah dan Potensi Desa Sogi. Adanya Makam Keramat menambah daya tarik Para Wisatawan untuk berkunjung ke Desa ini.

Desa Sogi merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Sesuai namanya, Maniangpajo yang berasal dari kata Maniang yang berarti Selatan dan Pajo berarti Wajo dalam bahasa bugis.

Memang secara geografis berada di wilayah paling selatan Kabupaten Wajo. Desa Sogi ini dapat ditempuh sejauh tujuh kilometer dari Poros Kelurahan Anabanua, yang berlokasi sekitar 25 Kilometer dari Kota Sengkang.

Sogi yang dalam bahasa bugis berarti kaya, pada kenyataannya memang memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Selain itu, terdapat juga kekayaan agro dan objek wisata lain yang menarik. Salah satu Obyek Wisata yang tidak pernah sepi dari pengunjung adalah Objek wisata Puang Massora (Raja yang berasal dari Tosora). Makam ini selalu ramai dikunjungi oleh warga lokal dan luar daerah. Para pengunjung percaya kalau Makam tersebut sangat disakralkan.

Areal pemakaman yang tidak jauh dari Kantor Desa Sogi ini memiliki daya tarik tersendiri. Pemakaman tua yang kira-kira berusia 400 tahun ini, dipercaya oleh warga merupakan makam penduduk pertama di desa Sogi. Hal ini menjadikan lokasi ini tidak pernah sepi didatangi oleh masyarakat yang memiliki wejangan.

Dalam komplek pemakaman yang tidak begitu luas ini terdapat sebuah makam yang diakui penduduknya sebagai makam seorang raja. Puang Massora (Raja yang berasal dari Tosora), begitu penduduk menyebutnya.

Makam-makam yang dirumahkan ini dipercaya dapat meluluskan beberapa permintaan sehingga untuk makam Puang Massora sendiri dikenakan tarif pemotongan kurban. Menariknya, ada sebuah pohon asam di areal itu yang digunakan untuk memajang plat kendaraan, konon kabarnya plat kendaraan tersebut merupakan bukti terpenuhinya wejangan para peziarah makam.

Selain Makam Massora, ada lagi Waduk Kalola. Waduk yang menjadi salah satu kunjungan wisata di desa Sogi ini didirikan 18 Agustus 1992. Waduk yang merupakan Proyek Irigasi ini didanai oleh Oversias Economic and Cooperation Fund (OECF) yang bekerjasama dengan beberapa perusahaan diantaranya Nippon Koei.co.ltd, PT Indah Karya, PT Dacrea, dan PT Bina Karya.

Type Dam, Zoned Fill Type dengan kapasitas mencapai 70 Juta Meter Kubik. Alasan didirikannya adalah untuk mengantisipasi terjadinya luapan danau yang tiap tahunnya membanjiri pemukiman dan areal pertanian penduduk juga untuk kebutuhan irigasi dengan luas daerah jangkauan 7.006 Ha dan Saluran Primer sepanjang 2.500 Meter.

Disekitar waduk juga dapat ditemui pemandangan hutan lindung yang tidak kalah indahnya, Hutan Lindung yang berada disepanjang Aliran Sungai Irigasi ini sebagian besar didominasi oleh pohon Mahoni yang tetap dijaga kelestariannya oleh penduduk.

Masih ada lagi Kolam Renang Kelola, yang berada di antara perbukitan dan danau buatan ini memiliki pesona alam tersendiri. Lokasinya yang tepat berada diseberang waduk dapat diakses melalui darat maupun dengan pemanfaatan sarana penyeberangan seperti perahu.

Kolam renang ini didirikan semenjak Tahun 1997 yang berada dibawah pertanggungjawaban Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Porabudpar) Kabupaten Wajo. Pada tahun 2009 Kolam Renang Kalola dirawat/dikelola oleh tujuh orang, Sayangnya, belum terpenuhinya budget khusus pengelolaan menjadi masalah pelik yang kontraproduktif dengan upaya pengembangan wisata.

Untuk dapat menikmati prasarana kolam renang ini pengunjung tidak membutuhkan biaya mahal, cukup membayar retribusi sebesar Rp 1.500. Sementara itu disediakan juga Pemondokan yang Per-Malamnya disewakan seharga Rp 50 Ribu. Sejauh ini, pengunjungnya bukan saja datang dari masyarakat sekitar Sogi akan tetapi juga berasal dari luar daerah.

Namun semua tempat Wisata ini, untuk sementara sepi akibat Wabah Virus Corona (Covid-19) yang lagi mencoba mental dan keimanan Bangsa ini. Tetapi yakinlah akan janji Allah SWT bahwa Dia tidak akan menguji Hambanya melampaui batas kemampuannya. Setiap ada Penyakit Pasti Ada Obatnya. Mari kita selalu berdoa dan berupaya. Amiin ! (Irsan Hb/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.