JAKARTA-LH: Filosofi yang sangat terkenal dan menempel erat pada dunia Pendidikan yakni “Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani” yang artinya “Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan”. Filosofi tersebut berbahasa Jawa ternyata slogan dari Pahlawan kita Ki Hadjar Dewantara.
Mengingat Filosofi tersebut dan peristiwa yang baru-baru ini terjadi di daerah Gresik tepatnya di SMP PGRI Wringinanom yang menimpa seorang guru yaitu Bapak Nur Khalim (30 Tahun-Red) yang sempat viral di media sosial (Medsos-Red) lantaran dirinya di persekusi oleh siswanya sendiri yaitu AA. Tindakan yang dilakukan oleh Bapak Nur Khalim mencerminkan filosofi tersebut yang bisa diteladani dikalangan para pendidik.
Kejadian ini bermula ketika Bapak Nur Khalim hendak mengajar pada hari Sabtu (02/02/2019-Red), tetapi mendapati beberapa siswanya tidak berada di kelas. Kemudian Beliau mencari siswa di luar sekolah dan mendapati jika siswanya berada di sebuah warung kopi yang tidak jauh dari lokasi sekolah.
“Kemudian saya mendatangi lokasi dengan mendobrak pintu warung yang masih tertutup. Seluruh siswa langsung tergopoh keluar. Kemudian saya peringatkan agar segera kembali ke sekolah, karena waktu belajar sudah mulai,” tuturnya.
Namun, upaya sang guru itu membuat AA marah dan membuat kegaduhan dengan merokok di kelas dan menggedor bangku ruangan kelas yang kemudian direkam salah satu temannya.
Mulanya AA melampiaskan kemarahan dengan menggedor seluruh bangku ruangan kelas. Kemudian lebih berani lagi, buku mata pelajaran sebagai pegangan Kalim mengajar dibuang oleh AA, namun tidak sampai mengenai badan guru.
Melihat tindakan itu, Khalim yang hanya digaji Rp450 ribu setiap bulannya itu, hanya memperingatkan agar mematikan rokok, namun tak digubris oleh siswa AA.
“Sebenarnya saya mulai marah merasa dilecehkan, tapi saya redam. Kalau saya memukul anaknya, perilaku itu sangat tidak terpuji dan bukan cara terbaik untuk mendidik,” ujarnya.
Beberapa hari setelah kejadian tersebut AA meminta maaf terhadap gurunya. Permintaan maaf ini dimediasi langsung oleh aparat Polisi Sektor (Polsek) Wringinanom, Kabupaten Gresik, Jatim, yang mempertemukan guru, murid dan orang tua murid di Mapolsek Wringinanom pada, Minggu (10/02/2019-Red).
Kapolres Gresik AKBP Wahyu Sri Bintoro mengatakan bahwa mediasi itu memang sengaja dilakukan sebagai upaya pembinaan terkait kasus tersebut.
“Kami panggil semua yang terkait, dan ini bukan berarti penindakan, tapi pembinaan,” ucapnya. Wahyu mengatakan kasus itu sepenuhnya ditangani Polsek Wringinanom. Sementara dalam forum mediasi, siswa AA meminta maaf dengan didampingi kedua orang tuanya. Siswa berusia 15 tahun itu hanya terlihat mendudukkan kepalanya.
Sedangkan guru yang sempat dipersekusi, Nur Khalim mengaku menerima permintaan maaf siswanya, dan siswa sempat mencium kaki sang guru yang sempat dilecehkan tersebut.
“Saya maafkan, dengan sepenuh hati,” ujar Nur Khalim.
Melihat sosok dari Bapak Nur Khalim (30) bisa kita jadikan teladan yang patut kita contoh dalam mensikapi perilaku dari anak didik . Karena di tangan para gurulah nasib para penerus generasi bangsa, serta tanggung jawab kemajuan pendidikan di Indonesia salah satunya di pengaruhi oleh para guru. Oleh karena itu, guru juga harus berkontribusi dalam hal yang positif dan ikut serta menyalurkan kemampuannya di dalam bidang pendidikan semaksimal mungkin. Dimana seiring dengan perkembangan jaman dan perkembangan teknologi justru semakin terkikisnya etika dan moral yang baik dikalangan anak didik. (Bambang NH/Red)