535 views

BANGSA INDONESIA MEMBERIKAN HADIAH TERBESAR KEDUA DIDUNIA BAGI ATLET PERAIH MEDALI DI OLIMPIADE RIO 2016

LIPUTAN HUKUM : Dalam sebuah ajang, bonus atas kemenangan saat mewakili negara merupakan hal lumrah. Seluruh bonus yang dijanjikan kepada para atlet akan jadi motivasi tambahan bagi mereka untuk meraih medali tertinggi, dengan kata lain emas. Hadiah berupa uang pun menjadi hal lumrah, begitu pula dengan bonus dari Indonesia pada atlet berprestasi.

Sampai saat ini, dalam Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil, Indonesia telah berhasil meraih dua perak dan sebuah medali emas. Cabang angkat besi dan bulu tangkis jadi dua olahraga yang menopang ‘wajah’ Indonesia dalam ajang besar. Indonesia menjadi negara terbesar kedua dengan pemberian hadiah lima miliar bagi medali emas. Kemudian untuk perak dan perunggu, masing-masing diberikan bonus dua serta satu miliar rupiah. Bonus ini naik lima kali lipat dibanding dengan bonus pada Olimpiade London 2012 silam.

Sementara itu untuk Tontowi/Liliyana, Persatuan Bulu tangkis Indonesia (PBSI) memberikan bonus tambahan satu miliar. Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat dan Binaraga Seluruh Indonesia masih akan memberikan hadiah lain.

“Bagi peraih emas per satu keping Rp 5 miliar,” kata Menpora Imam Nachrawi, Sabtu (20/08/2016-Red).

Bagi atlet angkat besi, Eko Yuli Guna, dan lifter Sri Wahyuni yang mendapatkan medali perak, pemerintah memberikan bonus Rp 2 miliar. Adapun untuk peraih perunggu akan mendapatkan bonus Rp 1 miliar.

Pemberian hadiah ini akan dilakukan pada September mendatang sambil menunggu hasil Paralympic yang juga akan digelar di Brasil.
Jadi, biasanya, setelah Olimpiade, setelah dua bulan berikutnya ada Paralympic. Nah, setelah Paralympic siapa yang akan jadi juara di sana. Setelah itu, akan kami serahkan bonus dari pemerintah,” kata dia.

Imam menambahkan, selain mendapat bonus, Tontowi/Liliyana juga akan menerima tunjangan hari tua. Peraih medali emas akan mendapat Rp 20 juta setiap bulannya. Peraih perak akan mendapat Rp 15 juta, sementara perunggu mendapat Rp 10 juta.

“Meskipun penerimaannya, bisa tiga bulan sekali maupun setahun sekali dan penerimaannya diakumulasi,” ujar Imam.

Ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mengembalikan tradisi medali emas Olimpiade untuk Indonesia. Di final, Tontowi/Liliyana mengalahkan ganda Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, 21-14, 21-12.

Atlet yang akrab disapa Owi ini merayakan di Rio dengan cara sederhana.

“Dengan sujud syukur kepada Allah SWT,” katanya.

Rasa syukur juga diungkapkan Manajer Tim Cabang Bulutangkis Indonesia, Rexy Mainaky, yang turut mendampingi pasangan Tontowi/Lilyana bertanding di Rio.

Sebelumnya bulutangkis sudah menyumbang enam medali emas untuk Indonesia. Dimulai dari Susy Susanti dan Alan Budikusuma dalam Olimpiade Barcelona 1992, Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky dalam Olimpiade Atlanta 1996, Tony Gunawan/Candra Wijaya dalam Olimpiade Sydney 2000, Taufik Hidayat dalam Olimpiade Athena 2004, dan Markis Kido/Hendra Setiawan dalam Olimpiade Beijing 2008.

“Tradisi” emas olimpiade itu sempat terhenti dalam Olimpiade tahun 2012 di London, tapi tahun ini tersambung kembali lewat kemenangan Tontowi/Lilyana.

Rencananya Tontowi, Lilyana dan tim bulutangkis akan tiba hari Selasa (23/08/2016-Red) di tanah air, di mana mereka akan memperlihatkan medalinya kepada Presiden Joko Widodo di Istana.

Setelah itu, Tontowi mengaku telah menyiapkan tempat spesial untuk medali seberat 500 gram tersebut. “Saya akan menyimpannya di rumah,” ujarnya bangga.

“Sangat senang, bangga bisa mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia dan saya sangat bersyukur sekali,” ujar Tontowi Ahmad kepada VOA hari Sabtu (20/08/2016-Red).

Sementara itu, Liliyana Natsir puas mimpinya di bulutangkis tuntas dengan meraih medali emas Olimpiade. Liliyana menyatakan terima kasih kepada mereka yang telah berperan besar terhadap dirinya, termasuk kepada PBSI dan masyarakat Indonesia.

Emas olimpiade memang sudah ditunggu-tunggu Liliyana dalam karier bulutangkisnya. Faktanya, panggung-panggung bergengsi sudah ditaklukkan pemain yang akrab disapa Butet itu. Di antaranya juara dunia dan All England. Bahkan dia sudah memiliki perak olimpiade saat tampil bersama Nova Widianto pada Olimpiade 2008 Beijing.

Keinginan itu selalu dinyatakan kepada publik, baik tersurat maupun tersirat. Harapan besar tersebut sampai-sampai terlihat sebagai ketidakharmonisan Butet dengan pasangannya, Tontowi Ahmad.

“Saya selalu bilang ke Owi kalau saya ingin emas, bukan perak olimpiade. Kalau cuma perak saya sudah punya,” tutur Liliyana dalam beberapa kesempatan sebelum olimpiade.

Mimpi Butet itu terjawab tepat pada hari ulang tahun Republik Indonesia, 17 Agustus 2016.

Emas Tontowi/Liliyana itu menjadi medali emas olimpiade pertama untuk tim ganda campuran Indonesia sekaligus medali emas olimpiade ketujuh untuk Indonesia. Owi dan Butet meraih emas itu juga menepis keraguan banyak pihak atas kemampuan mereka meraih emas begitupun keraguan bahwa bulutangkis mampu menyumbangkan medali di Olimpiade Rio 2016. (Tim/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.