1,403 views

Perdagangan Narkoba,Seks Bebas, Trafficking, Dan Striptease, Marak Di Batam

HIV/AIDS MENJADI ANCAMAN SERIUS !!!

BATAM-LH: Setelah melakukan investigasi dalam kurun waktu kurang lebih 5 bulan (Sejak Oktober 2014-Red) Team Investigasi NGO ILE (Non Goverment Organitation Indonesia Law Enforcement) Jakarta bekerja sama dengan Tabloid Dwi Mingguan LIPUTAN HUKUM) yang berkantor di Jalan Abdullah Syafe’i Jakarta Timur akhirnya dapat menyibak sebahagian sisi kelam dari kehidupan di Kota Batam.
Batam merupakan salah satu kota industri dan daerah transit perdagangan internasional di Indonesia. Bahkan juga salah satu tempat wisata yang diminati banyak pihak baik domestic maupun mancanegara. Lewat predikat itu, Batam menawarkan banyak lapangan pekerjaan yang layak bagi masyarakat. Tak cuma sektor industri, di Batam tumbuh subur dunia hiburan malam.

Hiburan malam ini mempekerjakan perempuan dari kampung-kampung umumnya berasal dari Pulau Jawa. Orang asing dari Singapura dan Malaysia menjadi tuan yang meminta jatah layanan ranjang pada perempuan Indonesia. Kita telah menjadi babu di negera sendiri bahkan menjadi babu seks.
Menurut Direktur Investigasi NGO ILE Rayan,MH.SSI.SH, bahwa “banyaknya pekerja asing laki-laki di Batam membuat dunia malam menjadi marak dan meriah. Orang asing itu umumnya tidak membawa istri ke Batam. Mereka perlu hiburan biasanya dengan perempuan dan minuman bahkan obat-obatan terlarang alias Narkoba”

Menurutnya para wanita penghibur yang banyak berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa adalah korban human traficking. Mereka awalnya diajak ke Batam untuk bekerja di sektor-sektor informal. “Pada umumnya mereka dijebak dan menjadi korban perdagangan manusia. Ada yang sengaja datang ke kampung-kampung mereka di Jawa yang tergolong miskin. Kemudian orang tuanya dibujuk dikasih uang dan anak mereka dijanjikan bekerja di toko atau salon tetapi kenyataannya justru di jual kepada germo,” tambah Rayan.

Menurut Direktur Investigasi ILE ini bahwa perempuan-wanita penghibur di Batam kebanyakan berasal dari tingkat pendidikan rendah. Oleh sebab itu mereka terpaksa bekerja serabutan termasuk menjual diri.

“Problemnya menjadi kompleks karena latar belakang pendidikan kurang dan keterampilan pun kurang. Makanya mereka tidak bisa bekerja di sektor formal maupun swasta,” ujarnya.

Maka dari itu, Rayan menyarankan agar pemerintah membuat peraturan yang tegas untuk pencari kerja di Pulau Batam yang termasuk daerah Free Trade Zone. Bagi mereka yang sudah terlanjur sebaiknya diberikan keterampilan berwirausaha.

Bisnis prostitusi tidak hanya melibatkan wanita Indonesia. Bisnis prostitusi yang dijalankan oleh mafia perdagangan manusia antar negara semakin menjamur di Batam. Ratusan perempuan dari berbagai negara di Asia saat dipekerjakan sebagai Pekerja Seks Komersil (PSK) oleh jaringan mafia di beberapa tempat hiburan yang ada. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah mengapa Aparat Kepolisian dan Imigrasi tidak berkutik dan terkesan membiarkan aktivitas pelacuran ini terus menjamur?
Berdasarkan informasi dilapangan, beberapa lokasi tempat hiburan yang ada di kawasan Nagoya Batam ditenggarai dijadikan lokasi transaksi PSK asing. Diantaranya, M Pub, BC Pub, M Hotel, S Hotel, I Hotel,P Hotel, PH Hotel dan beberapa lokasi lainnya yang ada di kawasan Nagoya.
Aktivitas ini berjalan lancar karena menurut beberapa nara sumber yang enggan disebut namanya bahwa para oknum petinggi aparat penegak hukum yang ada diduga telah disuap oleh jaringan mafia perdagangan manusia ini.
Para PSK Asing ini sendiri juga diduga tidak memiliki ijin untuk bekerja di Batam. Aktifiatas bisnis maksiat ini berjalan mulus hanya dengan mengandalkan setoran kepada oknum-oknum aparat hukum.
Untuk memastikan keberadaan PSK Asing yang ada di tempat hiburan di Batam oleh Team Investigasi ILE bekerja sama dengan media ini melakukan penelusuran di salah satu Pub yang ada di kawasan Nagoya, Batam. Setelah memesan VIP Room dan minuman beralkohol, team kemudian bertanya kepada salah satu pekerja Pub tersebut mengenai layanan seks PSK Asing yang ada.
Setelah berhasil diyakinkan, pekerja ini akhirnya mengiyakan permintaan tim gabungan ini. Tidak berselang lama, para perempuan seksi berwajah oriental kemudian masuk ruangan berharap dipilih untuk diajak kencan atau sekedar menemani duduk si tamu.
Sekitar lima menit beraksi didepan tamunya, para wanita yang terpilih langsung menemani tamu, sedangkan yang lainnya oleh sang mami disuruh kembali untuk selanjutnya disuruh melakukan hal yang sama di ruangan-ruangan lainnya.
Dari keterangan sang mami, wanita-wanita PSK ini memiliki tarif senilai $ 350 untuk sekali booking dan $ 50 jika si tamu hanya ingin ditemani minum dan bernyanyi diruangan VIP Room.
Hingga berita ini diturunkan, Pihak Imigrasi Batam belum bersedia memberikan klarifikasi terkait maraknya PSK asing yang ada di Batam.
Berilut ini adalah Daftiar hiburan malam di Batam seperti pub, bar, diskotik dan tempat dugem lain khususnya di Nagoya yang banyak dikunjungi penduduk lokal, turis dan ekspatriat. Kehidupan malam di pulau dengan populasi sebanyak 800 ribu orang ini terbagi dalam dua kawasan yaitu Nagoya dan Waterfront City.
Nagoya City merupakan pusat hiburan malam dimana terdapat pub dan bar. Untuk mencapai kawasan ini tergantung anda menginap di hotel dan tinggal di daerah mana. Jika mungkin terlalu jauh untuk berjalan kaki, anda dapat menggunakan jasa taksi dari bagian lobby hotel atau jika anda sedang berjalan kaki, anda dapat menghentikan taksi yang lewat. Hampir semua taksi di Batam tidak menggunakan argometer, jadi sebaiknya anda tawar menawar.
Di kawasan Nagoya banyak terdapat hotel yang menyediakan fasilitas hiburan, diskotik atau karaoke KTV. Jadi sebenarnya anda tidak perlu keluar hotel untuk mencari hiburan malam atau bersosialisasi dengan pengunjung lain. Pub dan bar banyak terdapat di beberapa hotel di kawasan NED (Nagoya Entertainment District) seperti Hotel Harmoni, Panorama Regency dan Goodway. Disepanjang sudut jalan banyak juga terdapat pub seperti Lucy’s Oarhouse yang merupakan lokasi populer yang juga menyediakan makanan ringan yang enak.
Pilihan lain adalah Rio Rita, Jungle Bar, Classic, Ice Pub dan Steps Music Lounge yang merupakan pub berukuran besar dimana terdapat pertunjukan live music setiap malamnya.
Untuk anda yang mencari tempat clubbing dengan live music yang ramai dan heboh di Nagoya, No Name Bar yang berada di Hotel Harmoni merupakan lokasi yang paling populer untuk live music dimana berbagai band lokal terkenal dan artis asal Jakarta sering tampil di tempat ini. Klub malam Sphinx dan Ozon merupakan diskotik paling populer untuk penduduk lokal atau orang yang menyukai musik disko yang keras.
Di Nagoya juga banyak terdapat karaoke KTV yang memainkan lagu China, Jepang, Korea dan barat dengan layar yang besar dan mempunyai lantai dansa seperti Memori KTV dan Hawai KTV.
Di kawasan Waterfont City, ada 2 hotel mewah yang terkenal yaitu Holiday Inn dan Harris Hotel dan daerah ini sangat mudah diakses dari Singapura dengan menggunakan ferry melalu terminal ferry dengan jarak tempuh sekitar 20 menit. Beberapa pubs dan bar yang terkenal adalah Danny’s II Bar dan Monkey Bar yang menyediakan aneka minuman beralkohol seperti cocktail, bir, wine dan lainnya dengan harga cukup terjangkau.
Selain tempat hiburan malam di atas yang semuanya adalah diskotik atau klub malam. Tempat lain yang banyak dikunjungi adalah tempat karaoke keluarga seperti Inul Vizta (Nagoya Hill Superblock Blok H/12B-16), Happy Puppy Karaoke, K-1 Family Karaoke, The Monic Family Karaoke, Martini Family Karaoke, NAV Karaoke dan lainnya.
Kembali kedunia prostitusi, menurut hasil investigasi NGO ILE dan wawancara LH dengan 105 wanita PSK sebagai sampling di Kota Batam ternyata mereka hanya mendapatkan bayaran sekitar 15%-20% dari nilai bayaran para tamu. Sisanya diambil alih langsung oleh para papi/mami (germo-Red). Bahkan yang lebih parah lagi sebahagian besar dari para wanita penghibur ini terbelit utang puluhan juta dengan para germo. “Kondisi ini betul-betul sangat memprihatinkan. Ini bukti bahwa telah terjadi perdagangan manusia secara illegal (human trafficking). Para wanita ini telah dijebak dengan ketergantungan berupa hutang kepada para germonya”, papar Rayan.
Yang lebih mencengangkan lagi, di kota yang penuh glamour ini, kita dengan mudah dan bebas menyaksikan tari telanjang (striptease-Red). Pertunjukan ini umumnya dilakukan tengah malam di diskotik-diskotik besar baik di hall maupun di room. Untuk hall terbuka untuk umum (siapa saja yang berada dan sedang berpesta di diskotik tersebut-Red) sedangkan untuk room bersifat eksklusif dan bertarif relative tinggi.
Sisi lain yang ingin kami soroti adalah maraknya peredaran dan perdagangan narkoba di kota ini. Penyalahgunaan narkotika dan psikotropika di kota ini sudah sangat memprihatinkan. Hampir di semua tempat hiburan khususnya diskotik perdagangan dan penyalahgunaan narkotika khususnya ekstasi sangat bebas dilakukan. Satu butir ekstasi bernilai antara Rp 200.000,00 – Rp 400.000,00.
Bahaya Narkoba di kota ini sudah lama menjadi sorotan banyak pihak baik dalam maupun luar negeri. Bahkan pada Tahun 2010 silam 17 Negara Asia Timur Jauh pernah menggelar Konferensi Hukum Penanggulangan narkoba di kota ini yang membahas tentang kondisi ancaman global peredaran gelap narkoba di Batam.
Peserta Konferensi pada waktu itu sepakat untuk bekerja sama dan bertukar informasi dalam hal pemberantasan narkoba khususnya di kota Batam. Menurut Ketua Panitia sekaligus Kepala BNN pada waktu itu Gories Mere bahwa salah satu tujuan utama Konferensi Penanggulangan Hukum Narkotika Internasional (International Drug Enforcement Conference/IDEC) adalah untuk menjawab bewbagai tantangan dalam penanggulangan bahaya peredaran narkoba.
Masih menurut Gories Mere pada waktu itu bahwa peredaran narkotik memiliki serentetan bahaya sampingan seperti pencucian uang, ancaman, penculikan, dan penjualan senjata api.
Di Indonesia penyelundupan narkoba sangat mengkhawatirkan karena memiliki banyak pintu masuk salah satunya adalah Batam. Garis pantai kita cukup panjang dan luas. Pengawasan di wilayah perbatasan sangat lemah. Diperparah lagi masih banyaknya oknum aparat kita yang mau diajak” bermain mata”oleh kelompok mafia barang haram itu.
Perdagangan Narkoba,Seks Bebas, Trafficking, Dan Striptease yang marak di kota Batam menjadi penyebab utama tingginya penularan penyakit HIV/AIDS di kota ini. Hal ini sudah menjadi rahasia umum. Bahkan pada peringatan Hari AIDS Se-Dunia Walikota Batam Ahmad Dahlan lewat pidatonya (22/12/2014-Red) menyampaikan bahwa pengguna narkoba di Indonesia mencapai 4 juta jiwa.“Angka penyalagunaan narkotika dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Bahkan, prediksi pada 2015 diperkirakan, jumlah pengguna narkotika akan mencapai 5,8 juta jiwa,” cetusnya. Dan semua itu sangat berpotensi menyebarkan virus HIV/AIDS.
Ditempat terpisah, sebagaimana dirilis oleh sijorinews.co dalam peringatan hari AIDS sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember lalu, PT Tunaskarya Indoswasta bersama dengan komunitas Lintas Nusa mengadakan acara Parade Band Stop HIV AIDS With Your Music di lapangan CC Batamindo, Sabtu malam (20/12/2014). Ketua Panitia Arif menjelaskan bahwa acara ini sengaja digelar di kawasan Batamindo karena ingin membantu para anak muda yang bekerja di kawasan tersebut untuk mengikuti tes HIV. Karena menurut dia anak muda rentan tertular oleh virus HIV cikal bakalnya AIDS.
“Iya, sengaja kita gelar di sini (Batamindo) karena kami ingin bantu temen-temen yang bekerja di kawasan Batamindo ini untuk ikut tes HIV karenakan anak-anak muda lebih rentan tertular oleh virus HIV. Jadi kita bantu mereka untuk mengetahui tentang bahayanya virus ini,” kata Arif kepada sijorinews.co.

Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur LSM Yayasan Lintas Nusa Rosmiati, kalau selama ini hanya sosialisasi tentang bahaya virus HIV, tetapi tadi malam mereka juga mengadakan konseling dan testing secara geratis kepada pengunjung. Acara ini digelar karena bentuk keprihatinan pihaknya, dimana penderita Virus HIV di Batam terus meningkat jumlahnya, beberapa di antaranya sudah terkena AIDS dan bahkan sudah ada yang meninggal dunia. Kabar terbaru yang ia peroleh virus ini sudah menyebar kepada ibu-ibu rumah tangga yang dibawa oleh pasangannya.

Masih kata Rosmiati, dari data terbaru yang diperoleh pihaknya dari Dinkes Batam, jumlah penderita HIV periode Januari-November 2014 tercatat sebanyak 639 orang. 345 diderita laki-laki dan 294 diderita perempuan.
“Jadi pada acara ini kita parodikan dengan musik karena disini kan umumnya anak-anak muda jadi sambil kita sosialisasikan tentang bahayanya virus HIV dan AIDS melalui musik, kita juga ajak mereka untuk mengikuti tes di sini kan tahu sekarang lebih baik dari pada nanti,” ujar Rosmiati.

Rosmiati juga berpesan kepada seluruh masyarakat Batam agar tidak sering ganti-ganti pasangan dalam hubungan intim dan diusahakan pakai kondom. Karena secara medis sampai saat ini belum yang ada membuktikan untuk bisa menyembuhkan penyakit ini.

Acara ini juga didukung oleh Batamindo, BKKBN dan dipromotori oleh Batam Music Comunity (BMC) dan telah bekerja sama dengan Dokter Rumah Sakit (RS) Elisabet. Sampai dengan pukul 18.00 WIB sebanyak 56 perserta yang sudah ikut tes HIV AIDS yang dibuka pada pukul 15.00 WIB dan malamnya akan diadakan juga renungan malam AIDS.
“Dihimbau kepada seluruh masyarakat Kota Batam anak-anak muda khususnya agar lebih waspada terhadap penyebaran virus HIV AIDS,” pintanya.

Dari sekian banyak resiko dan sisi negatif yang ditimbulkan oleh tempat hiburan bebas di kota Batam, ternyata pendapatan daerah dari sektor pajak tempat hiburan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data yang di dapat dari Dinas Pendapatan Kota Batam, bahwa Pajak tempat hiburan adalah pajak ketiga terbesar setelah pajak perhotelan dan pajak restoran yang ada di kota Batam.
Hal ini sesuai hasil penelitian Syarifah Shahnaz Alatas dan Faisal Rani, yang dimuat oleh Jurnal Online Mahasiswa Fisip Unri yang berjudul Pengaruh Pertumbuhan Investasi Asing Terhadap Industri Hiburan Malam di Kota Batam. Dalam tulisan tersebut dipaparkan tentang pemasukan pajak sebagai berikut: Tahun 2008 sebesar 5,800,000,00,- juta USD; Tahun 2009 sebesar 12,000,000,00,- juta USD; Tahun 2010 sebesar 13,000,000,00,- juta USD; Tahun 2011 sebesar 13,070,000,00-; juta USD dan Tahun 2012 sebesar 14,200,000,00-, juta USD.
Terbukti bisnis prostitusi akhirnya tidak bisa terhindarkan. Masyarakat kota Batam tampaknya tidak bisa menampis pengaruh negatif globalisasi yang ada. Sehingga kebiasaan masyarakat kita yang kaya akan adat ketimuran seakan hilang dan didominasi dengan kehidupan yang serta modern serta bebas. Kehidupan yang bebas di Batam ternyata juga sangat mempengaruhi gaya hidup yang lebih kebarat-baratan, baik pada pembangunannya ataupun kehidupan masyarakatnya. Ini bisa dilihat pada remaja-remaja di Batam sudah akrab dengan kehidupan malam.
Sehingga hal ini berpengaruh pada keuntungan bagi para pembisnis hiburan malam ini. Dipadatinya hiburan malam akan warga negara asing di perkirakan membawa omset yang tidak sedikit. Di ketahui bahwa perbedaan bisnis-bisnis hiburan malam di kota Batam dengan kota lain adalah , banyaknya konsumen asing. Dimana tidak sedikit yang menggunakan pembayaran memakai mata uang dollar.
Akses yang mudah dan murah di karenakan faktor kedekatan geografis serta kawasan yang bebas pajak menambah panjang deretan keluar masuk turis ke Batam setiap harinya. Akhirnya, data yang di dapatkan adalah telah terjadi peningkatan pendapatan pajak hiburan dari tahun 2008-2012, di mana tempat hiburan malam seperti diskotik/club malam, karaoke, sampai panti pijat atau spa masuk kedalam jenis pajak hiburan. Dari 5,800,000,.00 juta US dolar pada 2008 akhirnya menjadi 14,000,000,.00 juta US dolar.
Namun peningkatan pendapatan pajak hiburan yang di terima Pemerintah Daerah Kota Batam ini ternyata juga menyisahkan pengaruh yang terjadi pada kehidupan sosial masyaraka masyarakat kota Batam sendiri. Terkenalnya Batam sebagai dunia hiburan malam yang murah dan eksklusif, dan tersebar luas sampai ke mancanegara membuat Batam mengalami peningkatan juga dalam kasus-kasus sosialnya. Dimana Peningakatan jumlah Pekerja Seks Komersial di batam semakin meningkatan dari tahun 2008-2012. Dari 771 jiwa pada tahun 2008 menjadi 1000 jiwa pada tahun 2012, dengan selalu adanya peningkatan setiap tahunnya.
Keberadaan para PSK ini di Batam memang sebagai permintaan yang besar dari bisnis hiburan malam yang sudah laku di pasaran Batam. Sehingga hal ini di anggap sebagai jawaban bagi wanita-wanita yang tidak punya keahlihan dan hidup dalam kemiskinan. Menjadi PSK dan bekerja dalan kehidupan malam bias di jadikan jalan pintas untuk bisa mempunyai kehidupan yang lebih makmur kedepannya.
Dengan banyaknya konsumen asing, serta iming-iming dollar, menarik para perempuan ini untuk masuk kedalam bisnis prostitusi. Bukan hanya perempuan lokal dari Batam melainkan dari Daerah luar Batam (domestik), seperti Jawa dan Kalimantan.(RAZA/Red)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.